Kisah dimulai ketika Dharma mengumpulkan para anggota dan mudabbir dalam sebuah perkumpulan. Usai pertemuan, Dharma dan Nawwas berkeliling rayon untuk meninjau kondisi lingkungan. Mereka menemukan berbagai kejanggalan dan permasalahan.
Pertikaian berlanjut hingga di kelas. Nawwas menegur Dharma yang ketahuan tidur, namun Dharma membela diri dengan alasan kelelahan karena banyak berkorban untuk rayon. Ketegangan memuncak saat pelajaran IPA dimulai dan Dharma mengaitkan kedisiplinan dengan kesehatan, yang justru memperkuat keyakinannya.
Dharma yang menegakkan disiplin secara ketat justru membuat anggota dan mudabbirnya tidak betah dan enggan patuh. Sementara Nawwas yang memimpin dengan kasih sayang malah diremehkan, hingga rayonnya dipenuhi masalah dan mendapat teguran dari OPPM.
Dharma memperlihatkan para anggota dan mudabbir menyesali sikap mereka, menyadari bahwa pemimpin yang cakap telah mereka abaikan. Cerita kembali ke realitas—Dharma selesai menulis naskahnya, sementara Nawwas kecewa karena merasa ditinggalkan.
Tarian ini adalah tarian dari daerah bagian timur Indonesia, tarian ini memiliki gerakan yang sengat energik, yang dapat membuat orang ikut bergoyang dan menikmatinya.
Ini adalah acara Drama Komedi yang dilengkapi dengan berbagai adegan lucu yang mengocok perut, drama ini menceritakan tentang Al-Akh Makmur yang mencoba untuk menjadi mudabbir yang baik dengan dibantu oleh teman-temannya.
Sebuah seni musik Islami yang menyajikan lagu-lagu sholawat untuk Nabi Muhammad SAW, dikembangkan dengan perpaduan alat musik seperti ketipung, tam, bass, darbuka, dan kecrik. Penampilan ini dipersembahkan di awal acara dengan harapan dapat menambah keberkahan dalam acara Drama Arena kali ini.
Tarian ini menampilkan kekayaan budaya Minangkabau melalui perpaduan silat, Tari Randai yang teatrikal, dan Tari Ciek Duo Tigo yang harmonis. Ketiganya mencerminkan nilai seni, ketangkasan, dan kebersamaan dalam budaya Minang.